Kimia Anorganik
Kimia anorganik adalah cabangan ilmu kimia yang mempelajari sifat, struktur, komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa yang umumnya tidak mengandung karbon-hidrogen (C–H) sebagai kerangka utama). Berbeda dengan kimia organik yang fokus pada senyawa karbon, kimia anorganik mempelajari unsur dan senyawa mineral, logam, garam, oksida, asam, dan basa.
Ciri-ciri Kimia Anorganik:
-
Mempelajari unsur dan senyawa non-organik: Seperti logam, garam, oksida, dan asam/basa.
-
Melibatkan berbagai jenis ikatan kimia: Ikatan ionik, kovalen, dan logam.
-
Membahas sifat fisik dan kimia senyawa: Titik leleh, kelarutan, reaktivitas, dan kestabilan.
-
Sering digunakan untuk sintesis senyawa baru: Termasuk katalis, material, dan obat-obatan.
Cabang Kimia Anorganik:
-
Kimia Koordinasi: Mempelajari senyawa kompleks logam dengan ligan.
-
Kimia Padat: Struktur dan sifat bahan padat kristal.
-
Kimia Material: Senyawa anorganik untuk bahan industri dan teknologi.
-
Kimia Nuklir: Reaksi dan sifat isotop radioaktif.
Contoh Senyawa Anorganik:
-
Air (H₂O)
-
Karbon dioksida (CO₂)
-
Natrium klorida (NaCl)
-
Amonia (NH₃)
-
Oksida logam (Fe₂O₃, Al₂O₃)
Fungsi dan Kegunaan:
-
Produksi pupuk, bahan bangunan, dan logam.
-
Katalis dalam industri kimia.
-
Bahan kimia untuk penelitian dan laboratorium.
-
Aplikasi dalam elektronik, farmasi, dan energi.
Singkatnya, kimia anorganik adalah cabang kimia yang mempelajari senyawa non-organik dan unsur untuk memahami sifat, reaksi, dan penggunaannya dalam berbagai bidang.