Pemanfaatan limbah jagung untuk ekstraksi hemiselulosa dan produksi xylitol: Studi perbandingan metode ekstraksi yang berbeda
Abstrak
Limbah jagung, khususnya tongkol jagung (23%) dan pelepah jagung (16%), merupakan produk sampingan penting dari pengolahan jagung yang sering kali kurang dimanfaatkan dan biasanya dibuang sebagai residu pertanian. Namun, aliran limbah ini kaya akan hemiselulosa, yang dapat diekstraksi dan digunakan untuk berbagai aplikasi. Untuk mengisolasi hemiselulosa, kemanjuran beberapa metode ekstraksi diukur dari segi hasil. Metode konvensional menggunakan pemanasan tradisional, sedangkan metode gelombang mikro dan ultrasonik memanfaatkan sumber energi canggih untuk mempercepat proses ekstraksi. Pengaruh parameter proses, seperti suhu, waktu dan konsentrasi NaOH, pada hasil hemiselulosa dan derajat polimerisasi dinilai dengan metodologi permukaan respons. Kondisi optimal untuk ekstraksi ultrasonik ditemukan pada konsentrasi NaOH 10,00%, durasi 35,00 menit dan suhu 45 °C, menghasilkan hasil hemiselulosa sebesar 82,28%. Hemiselulosa yang diisolasi selanjutnya difermentasi menggunakan Candida tropicalis (MTCC 230) untuk produksi xylitol, dengan galur ini mencapai hasil xylitol maksimum sebesar 16,54 g/L. Studi ini menyoroti potensi untuk mengubah limbah pertanian menjadi produk bernilai tambah, mengatasi tantangan pengelolaan limbah dan kebutuhan akan proses industri yang terbarukan dan ramah lingkungan.